Membedah Sistem Penilaian Skor UTBK
Kenalan dulu dengan sistem IRT
Gimana nih
persiapan UTBK 2020-nya?
Sudah
banyak latihan soal atau mengikuti Tryout-Tryout?
Gimana
nilainya?Â
Ups, sorry. Sepertinya kalo ditanya
mengenai nilai TO-nya gimana, suka ada yang menjawab bingung karena nilai
Tryout-Tryout yang terkadang naik dan terkadang (atau seringnya) turun. Kamu pasti merasa harusnya nilai TO naik
karena banyak yang bisa dikerjakan sewaktu TO tetapi kok masih aja ya ngga
naik-naik. Kalem duluu, kamu ngga sendirian kok. Yang lain juga ada yang merasa seperti
itu. Sebetulnya apa sih penyebab terjadinya fenomena seperti itu dan bagaimana
pula supaya nilai TO kita bisa naik signifikan atau minimal banget ngga turun.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kamu
sepertinya harus tau dulu nih mengenai konsep IRT yang digunakan dalam sistem
penilaian UTBK oleh panitia LTMPT. Kenapa sih harus tau? Karena konsep IRT pertama
kali diperkenalkan (secara luas) diterapkan pada SBMPTN tahun 2018 dan
digunakan juga sampai pada UTBK SBMPTN tahun ini. Sistem penilaian IRT ini berbeda
dengan penilaian sebelum SBMPTN pada tahun 2018.
Yuk kita pelajari sistem IRT ini!
Pada tahun-tahun sebelum 2018 terdapat ketentuan yaitu peserta yang menjawab dengan benar akan
mendapatkan skor (+4), jawaban salah mendapatkan skor (-1) dan soal yang tidak
dijawab akan mendapatkan skor nol (0). Nah, mulai SBMPTN tahun 2018 metode
penilaian tes dilakukan dengan prosedur yang berbeda, yaitu dengan menerapkan
teori tes modern yang dikenal dengan Item
Response Theory (IRT) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Teori
Respon Butir.
Dengan metode penilaian terhadap ujian
tertulis ini, panitia LTMPT mengungkapkan bahwa SBMPTN era saat ini tak hanya
memperhitungkan jumlah soal yang dijawab dengan benar atau salah oleh peserta,
tapi juga harus memperhitungkan karakteristik tiap soal terutama pada soal
dengan tingkat kesulitan untuk membedakan kemampuan peserta. Dengan demikian, perguruan
tinggi benar-benar mendapatkan calon mahasiswa yang teruji (dilihat dari indikator
hasil seleksi SBMPTN).
Supaya lebih jelas
lagi, sistem penilaian berbasis IRT ini digambarkan dalam beberapa tahap,
sebagai berikut.
Tahap
pertama, seluruh jawaban
benar akan diberi skor (+1), dan untuk soal yang tidak dijawab atau salah maka
akan diberikan skor (0).
Tahap
kedua, sistem akan
menganalisis hasil skor berdasarkan pendekatan teori respon butir (item
response theory). Setiap soal yang benar akan dianalisis karakteristiknya
yaitu dengan melihat tingkat kesulitan dibanding soal lainnya. Darimana terukurnya?
Sistem akan menganalisis dari soal yang sudah dijawab oleh peserta tes. Tingkat
ketepatan dan atau tingkat kesalahan dalam soal yang terjawab akan
menggambarkan tingkat kesulitannya.
Pada
tahap ketiga,
karakteristik tiap soal yang didapatkan di tahap kedua akan dipakai untuk
menghitung skor peserta. Soal yang relatif sulit akan mendapat bobot yang lebih
tinggi dibanding yang lain. Disinilah akan terlihat mana peserta yang merupakan
kriteria peserta yang âhigh qualityâ
dan seterusnya sampai pada peserta dengan nilai terbawah.
Pada metode penilaian seperti ini, jika ada
dua atau sekelompok peserta yang menjawab jumlah SOAL dengan JUMLAH SOAL
BENAR yang SAMA, bisa jadi mendapatkan
nilainya SAMA atau bisa jadi BERBEDA tergantung pada soal mana saja yang
telah dijawab dengan benar.
Contohnya
begini:
Peserta A:
menjawab 5 soal benar
Peserta B:
menjawab 5 soal benar
Setelah dilakukan analisis oleh sistem,
soal yang dijawab oleh peserta A adalah soal-soal dengan kriteria sulit dan
soal yang dijawab oleh peserta B adalah soal-soal dengan kriteria agak sedang.
Selanjutnya berarti bobot penilaian peserta A akan lebih tinggi dibandingkan
peserta B dan otomatis pula nilai total peserta A lebih tinggi dibandingkan
peserta B.Â
Metode penilaian tes seperti ini sudah lama
digunakan oleh negara-negara seperti di Amerika dan Eropa. Dengan meneliti
karakteristik tiap soal dianggap nantinya skor total akan lebih fair. Selain
itu, cara ini dianggap mampu membedakan kemampuan peserta lebih baik. Begitu
teman-teman, semoga artikel ini lebih membuka pemahaman atau kesadaran kenapa
sih nilai TO kamu kadang-kadang dirasanya âharusnyaâ lebih tinggi tapi kok
tetap begitu-begitu aja. Mungkin kamunya bisa tetapi peserta lain ternyata
juga bisa. Beda halnya kalo kamu bisa tetapi yang lain ngga bisa.
Kontributor Lulusnegeri