
Si-Logis-Me!!!
Siap mengetahui satu hal lebih banyak lagi? Ada yang tau apa itu silogisme? Atau minimal pernah dengar?
Halo teman lulusnegeri, gimana nih kabarnya?
Yaps, artikel kali ini saya akan membahas
SILOGISME. Silogisme ini dipelajari pada logika tradisional dan pertama
kali dibahas oleh Aristoteles. Ternyata di abad modern seperti sekarang ini,
silogisme masih jadi bahan yang sangat menarik lho. Karena sangat menarik nih,
kali ini saya akan membahas jenis-jenis silogisme. Check this out, ya!
Menurut asal katanya, silogisme ini berasal dari bahasa yunani
yang artinya adalah konklusi atau kesimpulan. Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis silogisme yang akan kita bahas disini adalah silogisme
kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme disjungtif.
Silogisme Kategorik
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis.
Predikat dalam konklusi dinamakan term mayor dan premis yang memuat term ini
dinamakan premis mayor. Subjek pada konklusi dinamakan term minor dan premis
yang memuat term ini dinamakan premis minor. Selain itu ada term yang
terkandung dalam premis namun tidak muncul dalam konklusi. Term ini dinamakan
term tengah (middle term).
Contohnya :
Premis mayor : Semua manusia adalah fana
Premis minor : Socrates adalah manusia
Konklusi : Jadi, Socrates adalah fana
Pada contoh di atas, term mayornya adalah "fana", term
minornya adalah "Socrates",
dan term tengahnya adalah "manusia".
Silogisme kategorik selalu dirumuskan dengan premis mayor ditulis
paling awal, sebelum premis minor dan konklusi. Kita bisa merumuskan 4 susunan
silogisme kategorik. Bila kita misalkan S
sebagai term minor, P sebagai term mayor, dan M sebagai term tengah, maka
kita peroleh susunan sebagai berikut:
Bila kita lihat dari segi susunannya, maka contoh di atas termasuk
susunan 1.
Aturan tentang term pada validitas silogisme kategorik:
1) Term tengah harus muncul paling
sedikit satu kali. Kita ambil contoh di atas, term tengah "manusia"
muncul dua kali yaitu pada premis mayor dan premis minor.
2) Suatu term yang muncul dalam konklusi
harus muncul juga pada premis-premis. Dari contoh di atas, "Socrates
" dan "fana" yang muncul pada konklusi, juga muncul pada
premis-premis.
3) Jika kedua premisnya negatif, maka tak
ada konklusi yang dapat ditarik. Contoh:
Premis mayor : Mawar bukan hewan
Premis minor : Melati bukan hewan
Konklusi : Tidak ada (belum tentu mawar adalah melati)
4)Jika sebuah premis merupakan negatif, maka konklusinya juga
merupakan negatif.
Premis mayor : semua bilangan prima adalah
bilangan asli
Premis minor : bilangan negatif adalah bukan
bilangan prima
Konklusi : jadi, bilangan negatif bukan
bilangan asli
5) Jika kedua premis merupakan affirmatif, maka konklusinya harus
affirmatif juga.
Premis mayor : semua bilangan genap adalah
bilangan asli
Premis minor : 2 adalah bilangan genap
Konklusi : jadi, 2 adalah bilangan asli
Teorema tentang proposisi pada
validitas silogisme kategorik:
1) Jika kedua premis merupakan partikular, maka tidak ada konklusi
yang dapat ditarik. Contoh :
Premis mayor : beberapa siswa belajar
biologi
Premis minor : Sinta adalah siswa
Konklusi : - (meskipun Sinta adalah siswa,
belum tentu dia belajar biologi, bisa saja kan dia anak jurusan sosial)
2) Jika sebuah premis merupakan partikular dan yang lainnya merupakan
universal, maka konklusinya harus merupakan partikular. Contoh :
Premis mayor : Semua ibu rumah tangga
adalah wanita
Premis minor : beberapa guru adalah wanita
Konklusi : beberapa guru adalah ibu
rumah tangga
Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa
proposisi hipotetik (pernyataan bersyarat) sedangkan premis minornya adalah
proposisi kategorik. Pernyataan bersyarat ini terdiri dari antecedent dan
konsekuen.
Ada empat tipe silogisme hipotetik, yaitu:
1) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui antecedent.
Contoh:
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini hujan
Konklusi : jadi saya membaca buku di rumah
2) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
konsekuen. Contoh:
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : Saya membaca buku di rumah.
Konklusi : jadi hari ini hujan
3) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini tidak hujan
Konklusi : jadi saya tidak membaca buku di
rumah
4) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuen. Contoh:
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : saya tidak membaca buku di
rumah
Konklusi : jadi hari ini tidak hujan
Aturan pada validitas silogisme hipotetik:
Kita dapat menarik konklusi pada silogisme hipotetik dan
memnentukan kebenarannya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar
juga. Misalkan A sebagai antecedent dan B sebagai konsekuen, maka:
a) Bila A terlaksana maka B terlaksana
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini hujan
Konklusi : jadi, saya membaca buku di rumah
Penarikan konklusi di atas sah.
b) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini tidak hujan
Konklusi : jadi saya tidak membaca buku di
rumah
Penarikan konklusi di atas tidak sah,
karena meskipun hari ini tidak hujan, bisa saja saya malas untuk keluar rumah
dan memutuskan untuk membaca buku.
c) Bila B terlaksana maka A terlaksana
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : Saya membaca buku di rumah.
Konklusi : jadi hari ini hujan
Penarikan konklusi di atas tidak sah,
karena meskipun saya membaca buku di rumah, belum tenyu hari ini hujan.
d) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya
membaca buku di rumah.
Premis minor : saya tidak membaca buku di
rumah
Konklusi : jadi hari ini tidak hujan
Penarikan kesimpulan di atas sah.
Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya
merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif (kemungkinan) yang disebut
oleh premis mayor. Silogisme disjungtif ada dua macam, yaitu:
1) Silogisme disjungtif dalam arti sempit (ekslusif)
Hanya mengandung dua kemungkinan, tidak lebih
dan tidak kurang serta kedua kemungkinan tersebut tidak bisa bersama-sama
benar. Contoh:
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau
Bandung
Premis minor : Amdi tidak berada di Yogyakarta
Konklusi : Amdi berada di Bandung
Catatan: tidak mungkin kan dalam satu waktu
Amdi berada di dua kota.
2) Silogisme disjungtif dalam arti luas (inklusif)
Mengemukakan pilihan antara dua kemungkinan, tetapi ada
kemungkinan ketiga yaitu keduanya sama-sama benar. Perhatikan pernyataan di
bawah ini !
Kamu atau saya lulus seleksi masuk ptn
Pada pernyataan di atas ada dua kemungkinan yaitu, kamu lulus
seleksi masuk ptn, aku lulus seleksi masuk ptn, dan ada kemungkinan ketiga,
yaitu : aku dan kamu sama sama lulus seleksi masuk ptn.
Tipe silogisme disjungtif:
a) Premis minor mengakui salah satu kemungkinan pada premis mayor,
konklusinya adalah mengingkari kemungkinan yang lain. Contoh:
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau
Bandung
Premis minor : Amdi berada di Yogyakarta
Konklusi : Amdi tidak berada di Bandung
atau
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau
Bandung
Premis minor : Amdi berada di Bandung
Konklusi : Amdi tidak berada di Yogyakarta
b) Premis minor mengingkari salah satu kemungkinan pada premis
mayor, konklusinya adalah mengakui
kemungkinan yang lain. Contoh:
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau
Bandung
Premis minor : Amdi tidak berada di Yogyakarta
Konklusi : Amdi berada di Bandung
atau
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau
Bandung
Premis minor : Amdi tidak berada di Bandung
Konklusi : Amdi berada di Yogyakarta
Aturan pada validitas silogisme disjungtif:
1) Pada silogisme disjungtif arti sempit, konklusi yang dihasilkan
selalu benar apabila prosedur penyimpulannya benar.
2) Pada silogisme disjungtif arti luas, kebenaran konklusinya adalah
:
a) Bila premis minor mengakui salah satu kemungkinan maka konklusinya
sah
b) Bila premis minor mengingkari salah satu kemungkinan maka
konklusinya tidak sah.
Gimana nih pemahamannya setelah membaca uraian di atas? Semoga
teman lulusnegeri ngga bingung lagi jika nanti mendapatkan soal tentang
penarikan kesimpulan ya. Sudah siap untuk latihan soal kan?
Kontributor Lulusnegeri,
Ika Citra