
GAP YEAR Membawa Berkah
Halooo semua, Salam kenal nama saya May Sinta, saya adalah salah
satu mahasiswa Biologi UI angkatan 2019. Menjadi mahasiswa Universitas
Indonesia yang merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di
Indonesia adalah hal yang tidak pernah terduga dan menjadi kesempatan yang
sangat berharga dalam hidup saya. Selain mendapatkan pendidikan berkualitas dan
fasilitas yang mendukung pembelajaran, perguruan tinggi negeri juga telah
berhasil mencetak lulusan yang berkualitas dan mampu berkonstribusi dalam
memajukan bangsa. Oleh sebab itu, sedari dulu banyak pelajar Indonesia yang
memiliki impian mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan Pendidikan di
perguruan tinggi negeri dan saya adalah salah satunya. Maka apa yang saya lakukan
untuk mencapai impian tersebut dan bagaimana cara mewujudkannya sampai akhirnya
saya berhasil?
Sebelum itu, saya ingin sedikit bernostalgia ke kehidupan SMA saya.
Dulu, saya bersekolah di salah satu sekolah menengah atas di Kota Tangerang
Selatan. Semasa SMA, mungkin saya termasuk murid yang bisa dikatakan
‘biasa-biasa aja’ karena saya tidak pernah menjadi murid yang berprestasi di
ajang lomba maupun mendapatkan nilai akademik yang sangat tinggi. Berbeda
dengan teman-teman di sekeliling saya yang memiliki prestasi serta selalu
mendapat juara kelas di mana hal itu kadang membuat saya minder. Pada Kelas 12
semester akhir, kami semua sibuk dengan segala ujian akhir dan juga memilih
jurusan maupun perguruan tinggi.
Teman-teman saya terlihat sudah mempunyai target PTN setelah lulus, namun berbeda
dengan saya yang masih ngambang dan tidak jelas.
Hal yang sangat saya sesalkan, mengingat saat itu saya memang sudah
berencana ingin mengejar PTN sama seperti yang lainnya, tetapi saya masih
bingung dan kurang persiapan. Hal itu, membuat saya seperti tidak kehilangan
arah dan tujuan serta tidak ada target yang jelas kemana saya akan melanjutkan PTN.
Sehingga mental dan pikiran menjadi ruwet dan malah mengganggu aktivitas
belajar di sekolah. Perlu diingat bagi kalian siswa SMA/SMK yang berencana
melanjutkan ke perguruan tinggi, sebaiknya disarankan :
1. Pertama, temukan minat dan bakat kalian sejak masih kelas 10.
2. Kedua, kalau bisa tentukan PTN tujuan kalian sebelum memasuki
kelas 12 atau lebih baik lagi sedari kelas 10. Hal ini sangat penting bagi
kalian yang ingin mendapatkan kesempatan untuk masuk PTN melalui jalur SNMPTN
atau nilai rapor agar bisa menargetkan dan memperkirakan berapa nilai yang
cukup untuk memasuki PTN dan program studi yang ingin kalian pilih.
3. Ketiga, belajar sungguh-sungguh atau ingat pepatah ini
‘penyesalan selalu datang belakangan’.
Ketiga poin di atas sangat saya sarankan agar kalian tidak seperti
saya yang kurang persiapan. Oleh karena nasi sudah menjadi bubur, saya mencoba
untuk menenangkan pikiran dan mulai menentukan target serta tujuan yang jelas. Saya
baru mulai belajar dan mengerjakan soal-soal SBMPTN di kelas 12 dan sampai masuk
ke les kursus masuk perguruan tinggi dengan tujuan memperoleh pemahaman lebih
dan terarah.
Perlu diketahui juga, Alhamdulillah-nya saya mendapatkan kesempatan
masuk perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN yang dimana saat itu saya sendiri
sangat terkejut. Bagaimana tidak karena rata-rata nilai saya pun tidak tinggi.
Oleh karena itu, saya tidak mau berharap lebih di SNMPTN karena sadar akan
nilai yang sepertinya akan kalah saing dengan pelajar se-Indonesia yang juga
memilih PTN dan prodi yang sama. Maka satu-satunya harapan yaitu melalui jalur
SBMPTN saja. Oiyaa karena dari dulu saya memang suka dengan pelajaran biologi, maka
saya memlih prodi yang berkaitan dengan biologi seperti ilmu gizi atau biologi
murni. Kemudian dari situ, karena tau bahwa soal SBMPTN lebih advance dari
soal SMA, saya belajar siang sampai malam bahkan sampai mengesampingkan
pelajaran di kelas demi ambisi LULUS SBMPTN (hal ini tidak boleh ditiru). Tapi,
ada satu hal yang tetap harus perhatikan ketika kalian mau ambis yaitu
KESEHATAN JASMANI. Mengapa demikian? Karena ketika saya mengabaikan kesehatan seperti
tidur terlalu malam dan terlalu banyak minum kopi, maka hal yang terjadi adalah
1. Saya menjadi sering tidur di kelas dan malas datang ke sekolah
karena belajar sampai larut malam
2. Saya jadi tidak konsen belajar sehingga banyak materi yang tidak
saya pahami akibat pola belajar yang berantakan
3. Ilmu yang ada di kursus menjadi sia-sia karena tidak konsenstrasi
akibat bergadang dan kelelahan sehabis pulang sekolah.
4. Rangking menurun lumayan drastis.
Maka dari itu, sangat penting menentukan pola belajar serta
perhatikan Kesehatan jangan sampai terlalu memaksakan.
Hari pengumuman jalur SNMPTN pun tiba namun seperti dugaan, saya
GAGAL masuk PTN melalui jalur tersebut. Yahh saya sempat merasa kecewa dan
sedih tetapi resiko itu sepatutnya saya ambil karena saya sendiri pun sudah
berkomitmen bahwa jangan menaruh harapan banyak di jalur ini. Singkatnya
setelah lulus kemudian saya daftar ujian SBMPTN yang selama ini sudah
ditunggu-tunggu. Kali ini saya merasa siap dan ingin mengerahkan segala
kemampuan serta usaha yang selama ini saya lakukan demi masuk PTN. kemudian hari
itu tiba dan BOOM, saya nge-blank ketika melihat soal tersebut. Banyak
soal yang saya tidak mengerti dan hanya beberapa yang saya isi.
Setelah ujian, yang ada dipikiran saya saat itu hanya “Mengapa saya
tidak bisa mengerjakannya? Apakah saya dapat lulus dengan hanya menjawab
beberapa soal? Mengapa tidak dari dulu saya belajar?”. As expectation
rasa penyesalan saya ternyata bebanding lurus dengan kata ‘maaf’ yang ada pada
layar handphone saya saat membuka pengumuman SBMPTN. Ya saya GAGAL di SBMPTN tahun
2018. Sedih, marah, sesal serta merasa bersalah pada orang tua karena tak bisa harapan
mereka. Namun beruntung kakak-kakak saya mendukung untuk jangan menyerah dan
menyuruh saya untuk mengikuti jalur mandiri. Ohh iya, bisa dibilang salah satu
motivasi saya ingin masuk ke PTN adalah karena kedua kakak saya lulusan PTN yaitu
ITB dan IPB, oleh karena itu saya tidak mau kalah. Kalau kakak saya bisa kenapa
saya tidak?.
Lalu gagal di jalur SBMPTN saya mendaftar IPB jalur mandiri dan tetap GAGAL. Saya berusaha untuk menerima kenyataan
dan berpikir positif dari semua kenyataan pahit yang saya alami selama
perjuangan ini. Saya tidak menyerah dan tetap pada pendirian saya yaitu harus
masuk PTN walaupun bukan tahun ini. Lantas saya rasa keputusan yang paling yaitu
GAP YEAR atau menunda dahulu. Dalam masa itu, salah satu cara yang tepat adalah
introspeksi diri atau merefleksi diri untuk tidak mengulangi kesalahan yang
lalu. Saya mencoba belajar lebih giat dari sebelumnya, mengatur pola belajar,
dan tidak lupa memperbanyak doa serta ibadah. Namun tidak lupa berikan jeda
untuk refreshing jiwa setelah lelah berjuang dan kembali mengatur ulang
strategi apa yang harus diambil agar dapat lulus tahun depan.
Saking ambisnya saya sampai meninggalkan rumah dan pergi ke Bandung yaitu
tempat tinggal kakak saya untuk belajar dan les di sana dengan tujuan agar saya
bisa belajar dengan tenang. Awalnya saya malu dengan teman-teman karena mereka
tau perjuangan saya di kelas saat itu, tapi malah gagal masuk PTN. Saya sampai
minder dan menghapus instagram karena saya takut iri melihat teman-teman
saya yang masuk PTN memamerkan almamaternya (mungkin ini agak gimana ya tapi
saya beneran mau rehat dari media sosial dan menurut saya ini wajar). Sebenarnya
keputusan GAP YEAR itu tidaklah buruk, banyak sekali hikmah yang dapat ambil hal
tersebut. Namun mungkin banyak pelajar yang merasa gap year itu tidak enak dan
akhirnya malah nyerah berjuang di PTN lalu memilih perguruan swasta.
Sejauh pengalaman gap year saya, hal yang dapat saya rasakan
manfaatnya yaitu :
1.
Saya dapat mengembangkan diri
saya dan mengambil waktu untuk benar-benar mengetahui minat dan bakat dalam
diri yang selama ini tidak saya lakukan di SMA.
2.
Saya juga dapat merasakan
betapa menyenangkan belajar tanpa tekanan dan trying to keep enjoying the
process.
3.
Saya lebih siap menghadapi
ujian SBMPTN lagi. Di masa gap year saya belajar, latihan soal, mengerjakan TO
untuk mengukur sejauh mana kemampuan saya. Hingga akhirnya setelah penantian
selama satu tahun dan hari yang ditunggu-tunggu tiba. Kali itu, saya merasa
lebih siap dari tahun sebelumnya dengan segala usaha yang sudah lakukan sehingga
keyakinan akan lulus pun meningkat. Di hari itu, saya mengucapkan
‘Alhamdulillah’ saya dapat mengerjakan dengan lancar tidak lupa ikhtiar dan
serahkan semuanya kepada yang Maha Esa.
Dalam masa menunggu pengumuman SBMPTN, ibu saya tercinta
meninggalkan keluarga kami selama-lamanya. Saya merasa sangat sedih dan merasa
di dalam titik terendah dalam hidup saya waktu itu. Ibu saya memang sudah sakit sejak saya masih di bangku SMA
dan beliau telah melewati pengobatan bertahun-tahun. Selama gap year itu juga
saya masih sempat merawat ibu saya di masa terakhirnya maka dari itu saya
kadang merasa sangat lelah karena harus belajar sambil merawat dan menghantar
ibu saya ke rumah sakit. Namun karena kasih sayang seorang ibu, ia tidak pernah
meminta atau menyuruh sesuatu ketika sedang belajar di rumah sakit dan Ia juga
selalu mendukung dan mendoakan saya agar bisa masuk ke PTN yang saya inginkan.
Seolah-olah tidak ada akhir kesedihan yang saya terima, ditambah
lagi saya dinyatakan GAGAL lagi di SBMPTN 2019. Kali ini sangat berbeda rasanya,
saya pasrah dan menyerah. INI SUDAH BERAKHIR pikir saya waktu itu. Namun, ketika
mengingat kembali perjalanan yang sudah sejauh ini, sayang rasanya. Begitupun
keluarga saya, meskipun semua masih sedih karena kepergian ibu, maka dari situ
saya berpikir bahwa tidak boleh ada kesedihan satu lagi kali ini. Akhirnya saya mendaftarkan diri PTN melalui
jalur mandiri. Seolah balas dendam, saya mendaftar banyak PTN kali ini mulai
dari ujian mandiri IPB jenjang S1 dan D3, SIMAK UI, mandiri UNJ dan hingga UPN
VJ dan belajar lebih giat lagi. Dalam diri saya, saya marah dan seolah tidak
mau kalah dengan takdir buruk lagi.
Setelah melewati semua ujian mandiri itu, saya pasrah dan mencoba
menyiapkan mental jika takdir masih sama. Tibalah giliran pengumuman pertama,
saya ingat betul saat itu sudah sore dan saya berada di samping ayah saya
dengan perasaan deg-degan saya buka pengumuman tersebut dan…
“Selamat anda dinyatakan lulus seleksi Pendaftaran Mahasiswa Baru
IPB jalur UTM” melihat itu senang betul rasanya akhirnya selama ini perjuangan
saya terbayar begitu pula dengan ayah saya. Tapi kejutan tidak hanya di situ,
karena saya mendaftar dua jenjang kali ini saya membuka pengumuman jenjang D3 dannn..
“Selamat anda dinyatakan lulus seleksi Pendaftaran Mahasiswa Baru
IPB jalur UTM-BK” kalimat yang sama seperti sebelumnya. Saat itu rasanya
seperti mimpi dan tak ada sangkaan sama sekali bisa lulus dua sekaligus. Namun
di UNJ dan UPN VJ saya gagal. Sehingga tersisa satu pengumuman lagi yaitu SIMAK
UI pada tanggal 31 Juli 2019 jam 01.00. Saat membuka pengumuman, saya sudah
tidak mengharapkan apa-apa lagi karena saya pikir saya sudah mendapatkan salah
satu dari PTN tersebut dan tanpa menaruh ekspetasi apapun. Tanpa rasa deg-degan
saya buka pengumuman tersebut dan
“Selamat, Anda dinyatakan sebagai calom mahasiswa baru Universitas
Indonesia”.
Langsung saat itu juga saya menghampiri ayah saya dan mengatakan
bahwa saya lulus di UI. Ayah dan kakak-kakak saya senang bukan main. Keputusan
ada di tangan saya sekarang dan melalui pertimbangan akhirnya saya memilih UI
sebagai PTN tempat saya belajar.
Bayangkan mendapatkan kata SELAMAT setelah kata MAAF berulang kali rasanya
seperti mimpi dan tidak disangka-sangka. Saya sangat senang, terharu dan puas
dengan pencapaian saya. Perjalanan melewati banyak lika-liku dalam memasuki PTN
membuat saya mendapatkan banyak hikmah dibalik semua itu.
Untuk para pejuang PTN yang saat ini masih berjuang baik yang masih sekolah atau gap year. Jangan pernah merasa bosan untuk berjuang, yakinlah perjuangan kalian akan terbalas pada waktunya. Dan ingatlah bahwa jika kita ingin sukses atau mencapai sesuatu, maka diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan jadikan sabar sebagai penopang agar tidak jatuh. Lalu jadikan kata GAGAL sebagai titik balik perjuangan, karena gagal itu wajar. Sekian cerita perjuangan saya dalam menggapai PTN impian saya semoga ada hikmah yang dapat diambil dan tetap semangat
Kontributor Lulusnegeri,
May Sinta